Allah menelantarkan orang-orang berbuat maksiat dengancara tidak membersihkan hatinya. Maksiat membuat seseorang sesak dada, sukar bernafas seperti naik ke angkasa, hatinya dijauhkan dari kebenaran, menambahpara penyakit dengan penyakit lain, dan akan tetap sakit.
Seperti yang diterangkan oleh Imam Ahmad, dari Hudhaifah ra, ia berkata, ‘hati itu ada empat keadaani’.
Pertama, yaitu hati bersih yang memiliki lampu yang menerangi. Itulah hati orang mukmin.
Kedua, hati yang tertutup, yaitu hati orang kafir.
Ketiga, hati yang terbalik, yaitu orang munafik.
Keempat, hati yang ada dua unsur kebendaan, didalamnya,unsur keimanan dan kemunafikan. Unsur mana pun yang menguasainya maka unsur itu membentuk peribadinya.
Hakikatnya, kemaksiatan juga menjauhkan seseorang dari ketaatan kepada Allah, menjadikan hati tuli dan enggan mendengarkan kebenaran. Selalu menolak kebenaran, dan membuat seseorang buta dan enggan melihat kebenaran. Perumpamaan antara hatinya dan kebenaran yang tidak bermanfaat adalah seperti antara telinga dan suara, antara mata dan warna, serta antara lidah orang bisu dengan ucapannya. Sebenarnya, hakikat kebutaan, ketulian, dan kebisuan hati adalah hakikat cacat yang sebenarnya, cacat akan zat, dan cacat organ sekaligus.
“Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada”. (Al-Hajj : 46).
Bukannya ayat itu menafikan buta jasmani, sebab Allah berfirman :
“Tidak ada halangan bagi orang buta”. (An-Nur : 61)
“Dia (Muhammad) bermuka masa dan berpaling karena telah datang seoran buta”. (‘Abasa :1-2)
Kemudian yang dimaksud ayat diatas itu, kebutaan yang sempurna dan yang sebenarnya adalah kebutaan hati. Sebagaimana Sabda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam :
"Bukanlah orang yang kuat itu orang yang kuat dalam bergusti, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai hawa nafsunya ketika marah”. Dan sabda baginda lainnya : “Bukanlah orang-orang miskin itu orang yang berkeliling yang datang padamu yang minta sesuap makanan, akan tetapi orang miskin yang tidak meminta-minta kepada orang dan tidak diketahui orang tetapi ia diberi sedekah”. (Riwayat Bukhari).
Kesimpulannya maksiat menyebabkan kebutaan, ketulian, dan kebisuan hati.
Selanjutnya, maksiat dapat menyebabkan runtuhnya hati seperti runtuhnya suatu bangunan ke dalam bumi, hingga menyebabkan jatuh hatinya pada derajat yang paling bawah. Tanda-tanda keruntuhan hati tidak terasa oleh pemiliknya. Tanda-tanda runtuhnya hati biasanya berlaku pada hal-hal yang hina, keji, rendah, dan kotor. Seorang ulama salaf mengatakan, “Sesungguhnya hati kita ini berkeliling. Ada yang berkeliling di sekitar 'arsy (singgasana Allah), tetapi juga ada pula hati yang di sekitar tempat-tempat yang kotor-kotor.
Maksiat juga dapat mengubah bentuk hati atau mengutuk, sebagaimana dikutuknya rupa zahir makhluk menjadi binatang. Akibatnya, hati berubah menjadi bentuk binatang dalam perilaku, watak, dan kelakuannya. Ada hati yang dikutuk menjadi bentuk babi, anjing, khimar, ular, kelajengking, atau watak-watak binatang tersebut. Sufyan ats-Tsauri menafsirkan ayat “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dalam bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu”.(Al-An’am : 38).
“Diantara mereka ada yang memiliki akhlak (perilaku) seperti binatang buas, juga yang memiliki perilaku anjing, perilaku babi, perilaku khimar, atau ada juga yang suka menghiasi pakaiannya seperti burung merak, atau ada juga yang bodoh seperti khimar. Ada yang lebih suka mengutamakan orang lain atas dirinya seperti ayam sabung. Ada juga yang sangat jinak dan penurut seperti burung dara, ada juga yang sangat pendendam seperti unta, ada juga yang baik seperti kambing, dan ada juga yang mirip serigala, dan lainnya”. Jika persamaan watak dan perilaku ini menguat secara batin, maka akan nampak wujudnya dalam bentuk lahir yang mampu dilihat orang yang firasatnya kuat. Allah akan mengubah bentuk fisiknya dengan bentuk binatang yang perilakuknya diserupai. Sebagaimana apa yang dilakukan oleh Allah kepada orang Yahudi dan orang yang menyerupai mereka, di mana mereka dikutuk menjad babi dan anjing.
Betapa banyak hati yang sakit, tanpa dirasakan oleh pemiliknya, betapa banyak hati yang dikutuk, da nhati yang runtuh. Betapa banyak orang yang terfitnah oleh pujian manusia, orang yang tertipu, karena perilakunya ditutupi oleh Allah. Ini semua adalah hukuman dan penghinaan Allah kepada ahli maksiat.
Allah juga menjadikan makar bagi ahli maksiat, ia akan ditipu oleh para penipu, ditertawakan, dan disesatkan dari jalan kebenaran oleh orang yang hatinya sesat. Maksiat juga membalikkan hati, dan hati akan melihat kebenaran sebagai kebathilan, kebathilan sebagai kebenaran, makruf sebagai mungkar, dan mungkar sebagai yang makruf. Ia berbuat kerusakan, tetapi merasa berbuat kebaikan. Ia menghalangi manusia dari jalan Allah, tetapi ia merasa mengajak ke jalan kebenaran. Ia mendapat kesesatan akan tetapi merasa mendapat petunjuk dari Allah. Dia mengkuti hawa nafsu, namun merasa sebagai orang yang thaat kepda Allah. Ini semua adalah hukuman bagi ahli maksiat yang mengenai hati manusia.
Maksiat juga menghijab hati dari Allah di dunia dan hijab terbesar adalah ketika hari kiamat. Allah berfirman :
“.. Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat Tuhan mereka”. (Al-Muthaffifin : 15).