Monday, December 03, 2007

Maksud ISRAILIYYAT

Apa Itu Israiliyat?
Sumber : www.alsofwah.or.id

Israiliyat adalah berita-berita yang diambil dari Bani Israil, Yahudi (kebanyakannya) atau dari kalangan orang-orang Nasrani.

Berita-berita ini terbagi menjadi 3 kategori:

Pertama, berita yang diakui Islam dan dibenarkannya (Ini adalah haq)

Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari dan periwayat selainnya, dari Ibn Mas’ud RA, ia berkata, “Seorang rabi Yahudi datang menemui Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menemukan bahwa Allah SWT menjadikan seluruh langit di atas satu jari, seluruh bumi di atas satu jari, pepohonan di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu jari, lalu Dia berfirman, ‘Akulah al-Malik (Raja Diraja).’ Rasulullah SAW tertawa mendengar hal itu hingga tampak gigi taringnya membenarkan ucapan pemuka Yahudi tersebut, kemudian beliau membaca ayat, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.az-Zumar:67)

Kedua, berita yang diingkari Islam dan didustakannya (Ini adalah bathil)

Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari, dari Jabir RA, ia berkata, “Orang-orang Yahudi mengatakan, ‘bila suami menyetubuhi isterinya dari arah belakang, maka anaknya akan lahir bermata juling.’ Lalu turunlah firman Allah SWT, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS.al-Baqarah:223)

Ketiga, Berita yang tidak diakui Islam dan tidak pula diingkarinya (Ini wajib kita berhenti membicarakannya)

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ahli Kitab biasanya membaca taurat dengan bahasa Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam. Maka Rasulullah SAW berkata, ‘Janganlah kalian benarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya tapi katakanlah (firman Allah SWT), ‘Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.’” (QS.al-‘Ankabut:46)

Tetapi berbicara mengenai jenis ini dibolehkan jika kitatidak khawatir ia termasuk larangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Sampaikanlah dariku, sekali pun satu ayat, dan berbicaralah mengenai Bani Israil sesukamu. Barangsiapa yang mendustakanku secara sengaja, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di api neraka.” (HR.al-Bukhari)

Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari mereka tersebut tidak banyak manfa’atnya bagi kepentingan agama seperti penentuan apa warna anjing Ashaabul Kahfi dan sebagainya.

Ada pun bertanya kepada ahli kitab mengenai sesuatu dari ajaran agama kita, maka hal itu haram hukumnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian tanyakan kepada ahli kitab mengenai sesuatu pun sebab mereka tidak bisa memberi hidayah kepada kalian sementara mereka sendiri telah sesat. Jika kalian lakukan itu, berarti (antara dua kemungkinan-red.,) kalian telah membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Sesungguhnya, andaikata Musa masih hidup di tengah kalian, pastilah ia akan mengikutiku.’”

Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasanya ia berkata, “Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian bertanya kepada ahli kitab padahal kitab yang Allah turunkan kepada nabi kalian itu adalah semata-mata informasi paling baru mengenai Allah yang tidak pernah lekang. Allah telah menceritakan kepada kalian bahwa ahli kitab telah mengganti kitabullah dan merubahnya lalu menulisnya dengan tangan mereka sendiri. Lalu mereka mengatakan, ‘Ia berasal dari Allah agar mereka membeli dengannya harga yang sedikit. Tidakkah melalui ilmu yang dibawa-Nya, Dia melarang kalian untuk bertanya kepada mereka (ahli kitab)? Demi Allah, kami sama sekali tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepada kalian mengenai apa yang telah diturunkan kepada kalian.”

Sikap Ulama Terhadap Israiliyat

Para ulama, khususnya ahli tafsir berbeda pendapat mengenai sikap terhadap Israiliyat ini:

1. Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dengan dirangkai dengan sanad-sanadnya. Pendapat ini berpandangan bahwa dengan menyebut sanadnya, berarti ia telah berlepas diri dari tanggung jawab atasnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Ibn Jarir ath-Thabari.

2. Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dan biasanya menanggalkan sama sekali sanad-sanadnya. Ini seperti pencari kayu bakar di malam hari. Cara seperti ini dilakukan al-Baghawi di dalam tafsirnya yang dinilai oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah sebagai ringkasan dari tafsir ats-Tsa’alabi. Hanya saja, al-Baghawi memproteksinya dari dimuatnya hadits-hadits palsu dan pendapat-pendapat yang dibuat-buat. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyebut ats-Tsa’alabi sebagai seorang pencari kayu bakar di malam hari di mana ia menukil apa saja yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir baik yang shahih, dha’if mau pun yang mawdhu’ (palsu).

3. Di antaranya mereka ada yang banyak sekali menyinggungnya dan mengomentari sebagiannya dengan menyebut kelemahannya atau mengingkarinya seperti yang dilakukan Ibn Katsir.

4. Di antara mereka ada yang berlebih-lebihan di dalam menolaknya dan tidak menyebut sesuatu pun darinya sebagai tafsir al-Qur’an seperti yang dilakukan Muhammad Rasyid Ridha.

(SUMBER: Ushuul Fit Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hal.53-55)

Tuesday, October 09, 2007

Khutbah Ied : Menyongsong Akhir Zaman

MENYONGSONG BABAK FINAL AKHIR ZAMAN

Muhammad Ihsan Arlansyah Tandjung
Lapangan Kompleks Pelni, Cimanggis -Depok

01 Syawwal 1428 H/ Oktober 2007

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمدالله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلالآإله إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرونلآإله إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحدهلآإله إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمدالحمد لله الذي ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخواناالحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كلهولو كره المشركونأشهد أن لآإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول اللهاللهم صلي على محمد و على آله و أصحابه و أنصاره و جنودهو من تبعهم بإحسان إلى يوم الدينفقال الله تعالى في كتابه الكريم:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍوَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Di antaranya, marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang paling istimewa yang telah kita terima selama ini, padahal tidak semua manusia memperolehnya. Dan terkadang kitapun bertanya-tanya mengapa kita termasuk yang memperolehnya? Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi jelas, terarah dan berma’na.Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya…bersama keluarga yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.

Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.

.الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Kita baru saja meninggalkan suatu bulan amat mulia, bulan rahmat- keampunan yang membuahkan taqwa dan mengembalikan fitrah. Bulan ujian kesabaran-ujian tenggang rasa-solidaritas, bulan dosa diampuni, kesalahan dimaafkan dan kotoran dicuci. Bulan di dalamnya terdapat suatu malam nilainya lebih baik dari seribu bulan. Bulan penuh berkah dan janji dijauhkan dari api neraka. Bulan yang disebut oleh Ulama Yusuf al-Qardhawy hafizhohullah sebagai madrasah mutamaiyyizah atau lembaga pendidikan istimewa bagi orang beriman. Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan hamba-hamba Allah yang berhasil lulus menjadi muttaqin. Amiin…

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadhan merupakan musim ketaatan atau maushimut-thoah. Setiap tahun di bulan Ramadhan umat Islam di seantero dunia mengalami transformasi penampilan. Yang biasanya di luar bulan Ramadhan jarang sholat ke masjid, tiba-tiba mendapati dirinya mengayunkan langkah kaki dengan ringannya ke masjid, musholla atau surau. Itulah sebabnya kita temui masjid lebih semarak di bulan suci tersebut.Yang biasanya di luar bulan Ramadhan terasa berat untuk ber-infaq atau mengeluarkan sedekah, tiba-tiba mendapati diri menjadi dermawan dengan merogoh kantong atau membuka dompet membagi sebagian rizqi kepada fihak lain yang membutuhkan.Muslimah yang biasanya di luar bulan Ramadhan tidak pernah peduli menutup aurat tubuhnya, seketika dengan semangat menampilkan dirinya ber-jilbab tiap kali berjumpa dengan lelaki yang bukan muhrimnya di bulan penuh rahmat tersebut.

Benarlah Rasulullah saw ketika bersabda

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Bilamana tiba bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat (surga) dibuka lebar-lebar, pintu-pintu jahannam ditutup rapat-rapat dan para syetan dibelenggu. ” (HR Bukhary-Muslim)

“Kami menjadi saksi, ya Allah, benarnya ucapan Nabi-Mu saw di akhir zaman ini. Kami membukitikan bahwa setiap Ramadhan datang umat Islam mengalami peningkatan gairah ketaatan, ketaqwaan dan perbuatan ma’ruf. Dan sebaliknya terjadi penurunan kadar kemaksiatan, kekufuran dan munkar. Pantaslah bilamana seorang mu’min sejati sangat menginginkan andai Ramadhan berlangsung sepanjang tahun. Ya Allah, saksikanlah, betapa sedihnya kami berpisah dengan bulan agung lagi penuh berkah ini. Ya Allah, kami sangat ingin menyaksikan masjid-masjid kami menjadi penuh dan semarak sepanjang tahun, diri-diri kami menjadi dermawan dan cinta memberi kepada kaum dhuafa, fuqara wal-masaakin sepanjang tahun serta saudara-saudara muslimat kami berjilbab dengan anggunnya sepanjang tahun.

”الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Sepanjang perjalanan zaman Allah SWT senantiasa memperlihatkan sifat-sifat utamanya, yakni Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Tidak pernah sesaatpun Allah Ta’ala biarkan umat manusia hidup di dunia dalam kegelapan dan ketidak-jelasan. Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada hamba-hambaNya. Allah Ta’ala mewujudkan hal ini melalui pengiriman para utusan-Nya di setiap kelompok umat manusia di sepanjang zaman.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan ), "Sembahlah Allah (semata), dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu”(QS An-Nahl ayat 36)

Tidak ada seorang Nabi ataupun Rasul yang diutus Allah Ta’ala kepada ummat manusia bersuku-bangsa apapun sepanjang zaman kapanpun di negeri manapun, kecuali beliau pasti menyampaikan seruan abadi yang seragam tersebut: “Sembahlah Allah (semata) dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu. ”

Demikianlah seruan yang disampaikan oleh Nabi Adam as kepada ummatnya, Nabi Nuh as kepada umatnya, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as serta Nabi Isa as kepada masing-masing ummat mereka. Bahkan segenap Nabiyullah -yang 25 namanya diperkenalkan Allah Ta’ala kepada kita di dalam Al-Qur’an maupun yang lainnya yang kita tidak tahu nama-nama mereka tetapi dikatakan oleh para ulama jumlah mereka mungkin mencapai 124. 000 itu- semuanya juga telah menyampaikan seruan abadi tersebut.

Hingga tibalah giliran utusan Allah Ta’ala yang terakhir yakni Nabiyullah Muhammad saw. Beliau merupakan penutup dari rangkaian para Nabi dan Rasul ‘alaihimus-salaam.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّه ِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang lelaki di antara kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ” (QS Al-Ahzab ayat 40)

Berarti kesimpulannya ialah:Karena Nabi Muhammad saw merupakan Penutup para Nabi, berarti tidak bakal ada lagi Nabi setelahnya yang diutus Allah Ta’ala untuk membawa ajaran baru bagi ummat manusia Barangsiapa yang lahir dan hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw (Penutup para Nabi) pantas dijuluki sebagai Ummat Muhammad saw, baik ia muslim maupun kafir Ummat Muhammad saw merupakan Penutup Para Ummat atau Ummat Akhir Zaman yang dipimpin oleh Nabi Akhir Zaman. So, we are the last of mankind living in the end of time. Kita adalah sisa-sisa terakhir ummat manusia menjalani hidup di ujung parjalanan zaman.

Kalaupun aqidah iman-Islam kita mengajarkan bahwa kelak di akhir zaman akan diturunkan seorang Nabiyullah yang selama ini dipelihara Allah Ta’ala di langit selama ribuan tahun, yakni Nabi Isa Al-Masih putra Maryam as, maka itu bukan berarti ia akan datang membawa ajaran baru. Bahkan kehadirannya kelak adalah sebagai pengikut & pengokoh ajaran Nabi Muhammad saw. Ia akan mengajak ahli-kitab, kaum Yahudi dan Nasrani untuk memeluk ajaran Nabi Muhammad saw, ajaran Islam. Sebab semua Nabi dan Rasul para utusan Allah pada hakikatnya selalu mengajak manusia kepada ajaran Islam Tauhid, yaitu mengesakan Allah Ta’ala semata.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullahKesadaran bahwa kita merupakan Ummat Akhir Zaman atau The Last of Mankind Living in the End of Time merupakan perkara penting. Sebab hal ini akan membawa kita pada keyakinan bahwa Hari Akhir telah dekat kedatangannya.

Bahkan Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut:

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيباً ﴿٦٣
"Manusia bertanya kepadamu tentang hari akhir. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari akhir itu hanya di sisi Allah." Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari akhir itu sudah dekat waktunya. ”(QS Al-Ahzab 63)

Dan Rasulullah saw sendiri bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ فِي نَفَسِ السَّاعَةِ فَسَبَقْتُهَاكَمَا سَبَقَتْ هَذِهِ هَذِهِ لِأُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku. ” (HR Muslim 4141)Saudaraku, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Bila Hari Akhir sudah dekat waktunya -bahkan semenjak diutusnya Nabi Muhammad saw 15 abad yang lalu- pantaslah Allah Ta’ala menyuruh kita mempersiapkan diri menghadapi hari esok yang perintahnya diletakkan di antara dua kali penyebutan perintah bertaqwa kepadaNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍوَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨ ﴾

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (QS AlHasyr ayat 18)

“Ya Allah, jadikanlah ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan kami benar-benar menghasilkan taqwa yang memadai untuk membekali kami menghadapi tanda demi tanda Akhir Zaman yang terus berdatangan. Kami sadar bahwa semakin mendekati Hari Akhir tentunya ujian dan fitnah yang datang akan kian berat. Yaa muuqallibal-quluub tsabbit quluubanaa ‘ala diinika. Ya Allah Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas ajaranMu. ”
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Rasulullah saw menjelaskan kepada kita sejak 15 abad yang lalu bahwa Ummat Islam yang hidup di Era Akhir Zaman ini akan mengalami perjalanan sejarah yang mengandung lima babak.

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّاً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ“

(1)Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(2) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(3) Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(4) Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator) berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(5) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian Nabi diam. ” (HR Ahmad 17680)
Hadits ini menguraikan Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam yang terdiri dari lima babak sebagai berikut:
Babak I=> Kenabian
Babak II=> Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian
Babak III=> Raja-raja yang Menggigit
Babak IV=> Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator)
Babak V=> Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Babak pertama atau babak Kenabian adalah masa di mana ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabiyullah Muhammad saw secara langsung. Babak ini berlangsung singkat yaitu 23 tahun (13 tahun Sebelum Hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai seperempat abad lamanya. Tetapi ia merupakan masa yang singkat namun diberkahi Allah Ta’ala. Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah). Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar di bawah naungan Nurul Islam (Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam). SubhaanAllah.

Babak pertama sudah berlalu, saudaraku.Babak kedua atau babak Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian ÎöáóÇÝóÉñ Úóáóì ãöäúåóÇÌö ÇáäøõÈõæøóÉö adalah masa di mana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat mulia yang dijuluki Khulafaa Ar-Rasyidin (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah mengikuti Allah dan RasulNya). Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa kecuali).

Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H), seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabiyullah Muhammad saw:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَالْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ (الترمذي2152 )

“Era Al-Khilafah di dalam ummatku berlangsung tugapuluh tahun, kemudian sesudah itu muncullah era kerajaan demi kerajaan. ” (HR At-Tirmidzi 2152)

Babak kedua sudah berlalu, saudaraku.Kemudian muncullah babak ketiga atau babak kepemimpinan Raja-raja yang Menggigit ãõáúßðÇ ÚóÇÖøðÇ. Ia adalah masa di mana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 14 abad, tepatnya selama 1302 tahun. Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan Islam besar-besar yaitu Daulat Bani Umayyah lalu Daulat Bani Abbasiyyah kemudian Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (barat) lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.Mengapa pada masa ini para pemimpin ummat dijuluki oleh Nabiyullah Muhammad saw sebagai “para raja yang menggigit”, padahal ummat masih menyebut mereka sebagai khalifah, institusi negara Islam masih bernama khilafah dan Al-Qur’an serta Sunnah Nabi saw masih dijunjung tinggi? Karena ketika itu suksesi pergantian kepemimpinan seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan pola keturunan alias pola kerajaan. Sementara disebut “menggigit” karena para raja tersebut “menggigit” Al-Qur’an dan Sunnah, turun sedikit kualitasnya dibandingkan babak sebelumnya di mana para Khulafaa Ar-Rasyidin “menggenggam” Al-Qur’an dan Sunnah secara kuat dan mantap. Oleh karenanya, babak ketiga ini jelas babak yang lebih buruk daripada babak kedua. Namun ia masih jauh lebih baik daripada babak keempat, sebab setidaknya ia masih mampu memelihara ummat Islam berada di dalam satu kesatuan Jama’atul Muslimin yang tunggal dengan wilayah geografis Daulah Islamiyyah yang tunggal serta kepemimpinan yang memiliki otoritas tunggal. Pada masa ini tidak ditemukan kasus perbedaan penetapan tanggal jatuhnya hari Raya Idul Fitri, karena masih ada Final Decision Maker yang menyelesaikan berbagai perbedaan hasil ru’yatul hilal yang muncul di tengah ummat.

Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Babak ketigapun sudah berlalu dan menjadi sejarah, saudaraku.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullahSetelah perjalanan sejarah Ummat Islam melalui babak pertama, kedua dan ketiga, maka Nabiyullah Muhammad saw selanjutnya memberitakan akan datangnya babak keempat yaitu babak kepemimpinan Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator) ãõáúßðÇ ÌóÈúÑöíøóÇð. Ini adalah babak yang diawali semenjak runtuhnya kekhalifahan kesultanan Ustmani Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Babak ini ditandai dengan runtuhnya kesatuan Ummat Islam dengan kesatuan wilayah dan kepemimpinannya. Ummat Islam menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Dunia Islam terurai menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

Pada babak keempat ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history (masa paling kelam dalam sejarah Islam). Ini sudah merupakan skenario Ilahi dalam rangka menyadarkan kita akan benarnya firman Allah Ta’ala sebagai berikut:

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُوَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ ﴿١٤٠


﴾“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS Ali Imran ayat 140)Ada harinya orang-orang beriman mengalami kejayaan dan memiliki peradaban yang kuat, sementara ada harinya mereka merasakan kekalahan, keterpurukan dan ketidak-jelasan peradaban. Ada pula harinya orang-orang kafir berjaya, memiliki peradaban bahkan berlaku semena-mena dan ada harinya mereka keok, kalah serta tidak berdaya menyebarluaskan budaya maksiat dan kekufurannya.


Itulah sunnatullah yang mesti berlaku dalam kehidupan di dunia yang fana ini.Yang penting bagi kita adalah setelah menyadari kita berada pada posisi terpuruk sekarang ini seyogyanya kita bersungguh-sungguh memelihara kesabaran dan konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan kehidupan berpandukan ajaran Islam. Kita tidak mungkin banyak berharap dalam situasi di mana para ãõáúßðÇ ÌóÈúÑöíøóÇð sedang merajalela menguasai dunia dewasa ini. Kondisi ini bahkan telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah saw melalui berbagai Tanda-tanda Akhir Zaman (ÇÔÑÇØ ÇáÓÇÚÉ ) yang begitu banyak bermunculan di era kita sekarang ini.Bahkan jika kita cermati hadits mengenai perjalanan sejarah Ummat Islam riwayat Imam Ahmad di atas sudah sepatutnya kita mengembangkan optimisme –selain sabar dan istiqomah- karena babak keempat bukanlah babak final perjalanan nasib ummat Islam.

Masih ada satu babak lagi yang perlu dijemput oleh ummat Islam. Itulah babak kelima di mana bakal tegak kembali era kepemimpinan orang-orang sekaliber Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, yaitu Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian ÎöáóÇÝóÉñ Úóáóì ãöäúåóÇÌö ÇáäøõÈõæøóÉö. Suatu era yang barangkali tidak terbayangkan bagi siapapun yang telah begitu dahsyat terperangkap dalam kesenangan menipu babak keempat sekarang ini. Era yang sudah pasti dinantikan oleh setiap muslim-mu’min yang merindukan tegakknya keadilan dan kejujuran hakiki.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita persiapkan diri seoptimal mungkin untuk menghadapi babak final, babak kelima tersebut. Mari kita kenali, fahami dan persiapkan diri menghadapi Tanda-tanda Akhir Zaman yang bakal memenuhi panggung sandiwara dunia di masa peralihan babak keempat menuju babak kelima Ummat Akhir Zaman ini. Pastikan keberfihakan kita kepada Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa Al-Masih as. Pastikan penolakan kita masuk ke dalam pasukan para penguasa diktator babak keempat apalagi ke dalam pasukan Dajjal, fitnah terbesar di Akhir Zaman kata Nabi saw.Ibarat sebuah film, dunia saat ini telah berada pada episode menjelang The End.

Bayangkan, sudahlah kita dijuluki Ummat Akhir Zaman, lalu dari lima babak perjalanan Ummat Akhir Zaman yang beriman ini, kita berada di babak keempat pula. Berarti, kita wajib mempersiapkan diri menyongsong babak final Akhir Zaman. Masa transisi dari babak keempat menuju babak kelima kata Nabi saw bakal diwarnai banyak ujian dan fitnah yang kian menghebat sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai era Huru-hara Akhir Zaman.Tidak ada sutradara manapun yang menulis skenario untuk mengecewakan para penonton. Sutradara selalu memastikan bahwa jagoan atau the Good Guys keluar sebagai pemenang atas para penjahat (the Bad Guys).

SubhaanAllah, apalagi Allah Ta’ala, sebaik-baiknya Penulis Skenario. Pastilah Allah berrencana memenangkan tentaraNya atas tentara Dajjal atau hizbusy-syaithan.Namun, sebagaimana semua film pada umumnya, mustahil jagoan menang sebelum melalui episode yang paling seru dan dahsyat. Artinya, mustahil babak kelima akan datang bila Ummat Islam berharap mencapainya sekedar dengan berjalan melalui taman-taman bunga. Sudah sewajarnya bilamana peralihan babak keempat menuju babak kelima melewati bukit-bukit berbatu dan jurang-jurang curam diwarnai deraian airmata bahkan sangat mungkin bersimbah darah. Sebab mustahil para penguasa diktator babak keempat akan menyerahkan begitu saja kepemimpinan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh kecuali melalui sebuah perlawanan yang keras. Satu hal yang pasti, masa transisi itu mustahil sekedar melalui meja perundingan, apalagi sekedar melalui permainan pertarungan “kotak suara”.

Wallahu ‘alam bish-shawwaab. -

DOA

رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS 18:10)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم ٌ

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 59:10)

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ"

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). " (QS 3:8)

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. ” (QS 25:74)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 3:147)

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 2:286)

رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍرَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوابِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِرَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. ” (QS 3:192-194)

Muhammad Ihsan Tandjung. -Cimanggis, Depok1 Syawwal 1428/ Oktober 2007

Monday, October 01, 2007

Simposium Menjernihkan Kekaburan Terhadap Islam

Northwest University-Seattle-AS :

Oleh : Redaksi 29 Sep 2007 - 1:00 am



Benarkan Muslim itu musuh kita? Mengapa kita harus berbaik hati pada mereka sedangkan mereka malah membenci kita? Benarkah kekerasan menjadi inti dasar ajaran agama ini? Pertanyaan senada terdengar beberapa kali dalam sebuah simposium yang dianjurkan di Northwest University, Seattle, Amerika Syarikat. Tak seperti biasanya, acara itu diadakan di kafe yang berada di dalam kawasan universiti. Pesertanya, selain pada pensyarah dan mahasiswa, juga terdiri dari wakil gereja-gereja di kota itu. Simposium ini, kendatipun diadakan di kafe, didukung penuh pihak universiti yang memiliki 1,200 orang mahasiswa ini. Bahkan, seperti dilaporkan Seattle Times, Northwest Ministry Network of the Assemblies of God, yang menaungi 340 gereja di Washington dan Idaho bahagian utara juga mendukung acara ini. Simposium ini adalah inisiatif David Oleson, profesor dalam pengajian antara budaya di universiti itu. Tujuan beliau adalah ingin mendudukkan persoalan pada proporsinya.



“Saya melihat gereja sangat kabur dalam melihat Islam, dan mereka lebih memposisikannya sebagai musuh,” ujarnya. Sebagai contoh bagaimana reaksi para jamaah ketika di beberapa gereja diputarkan film berjudul Obsession: Radical Islam's War Against the West. “Mereka sangat marah pada Islam," ujarnya.

" Menurut saya, itu hanya pandangan dari satu sisi saja. Kita belum mengenal Islam secara menyeluruh." kata beliau. Di sudut lain pula, ia melihat reaksi yang berbeza saat isu mengenai Israel dikemukakan.

"Mereka yakin dengan apa yang disebut dalam Alkitab bahwa Israel memang harus dikembalikan ke Kota Suci Jerusalem sebelum kedatangan Yesus untuk kedua kalinya,” ujarnya.



Dan karena Islam dianggap musuh Israel, maka mereka pun “harus” membenci Islam. “Saya kira kita harus melihat dari sisi Arab atau Islam dalam hal ini,” kata dia.



Diskusi seperti ini sangat disukai para mahasiswa. David Thompson, mahasiswa berusia 19 tahun, misalnya, mengaku akan mengikuti diskusi lanjutan yang akan diselenggarakan di Butterfield Chapel, Northwest University, sekalipun dia terpaksa merogoh kocek 50 dolar AS sebagai biaya pendaftaran.



“Saya sungguh terpesona,” ujarnya sesaat setelah menghirup coffee latte-nya. “Bahwa di dalam komuniti Kristiann yang hangat, mereka membuka diri untuk menerima pandangan lain yang lebih segar.



Tanpa pembicara Muslim



Yang menarik, kendati mendiskusikan tentang Islam, tak ada satu pun pembicara Muslim dalam simposium ini. “Saya tak ingin menyuguhkan konfrontasi di sini,” ujar Oleson. “Ini bukan dialog Muslim-Kristen. Saya hanya ingin membuka jalan. Seorang panelis, Sandra Cosby, 28 tahun, mendukungnya. Menurut dia, tanpa pembicara Muslim membuat diskusi itu justru lebih fair. “Kita bisa mendengarkan apa kata para pembicara tanpa takut bahwa kita sedang dipengaruhi untuk menjadi Muslim,” ujarnya.



Cosby, seorang analis intelijen, berpadangan sama dengan teman-temannya yang sudah merantau ke berbagai negara untuk bertugas, berpikir bahwa Muslim membenci Amerika. Namun teman-temannya yang bertugas di Irak memberi pandangan yang baru baginya. “Tidak semua Muslim demikian. Hanya fraksi kecil saja.”Namun bagi Thompson, seorang barister separuh masa yang juga menjadi peserta simposium, ketidakhadiran pembicara Muslim dalam acara itu adalah sesuatu yang problematik. Dia sendiri mengaku kini tengah belajar tentang Islam. “Di tengah komuniti kita, Muslim ketakutan. Apalagi media tidak menyumbang apa-apapun selain mempertebal stereotip ke atas mereka,” lanjut Thompson.

Dunia ‘tak terjamah’



Simposium setengah hari itu memberi penjernihan baru bagi pesertanya. Baik mahasiswa maupun evangelis Kristian yang hadir menyepakati kesimpulan yang dibuat di penghujung simposium bahwa tak ada yang salah dengan Islam yang mereka sebut unreachable world itu.



“Kami percaya, mereka bukan musuh,” ujar James Wellman, asisten profesor bidang perbandingan agama di University of Washington."Sangat disayangkan bila seorang evangelis menggambarkan secara seragam tentang Muslim dan mengobarkan kebencian,” ujarnya. “Karena saya pikir, bukan itu tugas seorang evangelis,” tambahnya. Ia sepakat dengan simpulan beberapa panelis tentang komuniti Muslim bahwa dunia Islam adalah dunia yang selama ini tak terjamah.



“Perlu dibangunkan pemahaman yang lebih baik.” Namun seperti lazimnya sebuah diskusi, tak semua sepakat dengan kesimpulan yang diambil. Pastor Joseph Fuiten dari Cedar Park Assembly of God Church di Bothell, misalnya, percaya bahwa Islam adalah agama yang menjadikan kekerasan sebagai core mereka. Ia menyatakan, penayangkan film Obsession itu diperlukan agar jamaah melihat sendiri bagaimana Islam yang sesungguhnya. “Saya pikir saya tahu apakah saya perlu atau tidak untuk memahami Islam,” ujarnya. Setuju atau tidak setuju dengan hasil simposium, demikian Seattle Times dalam paragraf terakhir tajuknya menuliskan, simposium ini merupakan langkah maju dalam dialog lintas agama. “Untuk membangun saling pengertian budaya, agama, dan kekurangan dari orang-orang yang berbeza latar belakang budaya,” tulisnya, mengutip omongan Wellman dalam diskusi itu. “We need to love them, minister to them." ( tri/seattle times/RioL )



Link :- http://seattletimes.nwsource.com/html/localnews/2003898916_symposium24m0.html- http://www.northwestu.edu/islam/

Saturday, September 15, 2007

Hidupkan malam-malam Ramadhanmu

Daripada Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa berdiri bersolat dalam bulan Ramadhan kerana didorong keimanan dan keinginan memperolehi keredhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu."
(Muttafaq 'alaih)

Friday, September 14, 2007

Cemburu Yang Diredhai






Cemburu selalunya dikaitkan dengan dunia percintaan manusiawi yang diselaputi dengan berahi yang tiada kenal berhenti. Di usia 40an juga gejolak kelelakian memberontak hendak menafikan gejala penurunan yang sedang dialami seorang lelaki yang terlalu disibukkan oleh kemaskulinannya. Ia akan lebih menyakitkan lagi jika ia cuba membandingkan dirinya dengan generasi yang lebih muda termasuk anaknya sendiri. Ia sukar menerima hakikat bahawa detik-detik penurunan fizikalnya ternyata sedang berdepan dengan kemungkinan penyingkiran diri dari arena orang-orang muda yang selama ini ia nikmati dan bangga-banggakan. Ia akan lebih menyakitkan lagi jika diusia itu ia masih terkinja-kinja hendak memancing gadis-gadis yang sedang meningkat matang yang dianggapnya serba lebih dari isterinya yang sudah lama berjasa kepadanya. Sakit ....sakit ! Memang sakit.




Kenapa hendak menempah sakit ? Bukankah itu saatnya untuk menyediakan diri ke era kematangan yang penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan. Bukankah kelemahan fizikal dan pelbagai penyakit yang sedang bertunas itu umpama utusan Allah tentang dekatnya saat penghujung usia yang tiada diketahui bila tiba ? Bukankah kekurangan usia dan kebijakan akal yang dengan pukalan pengalaman hidup itu kesempatan memperbanyakkan taqarrub dengan Tuhan yang sentiasa terbuka pintu cinta-Nya kepada hamba yang bersedia ? Kenapa masih tersirna dengan cinta duniawi sementara Tuhan sedang mempermudahkan jalan kepadanya untuk meraih cinta sejati Ilahi ?




Melihat-lihat anak-anak muda mundar-mandir ke rumah Allah, sepertinya membangkitkan rasa cemburu yang lebih bererti. Bukankah janji Allah bahawa anak-anak muda yang hidup mereka membesar dalam iltizamnya beribadah itu tanda-tanda mereka akan terpilih di kalangan warga akhirat yang teristimewa ? Cemburu ? Memang patut cemburu kepada mereka . Mereka ternyata mampu menerjah nafsu muda mereka untuk mencari cinta kasih Tuhan yang lebih sejati. Mereka adalah gambaran ayat dari Surah al-Kahfi 'innahum fityatun amanu birabbihim wa zidnahum huda" ( Sesungguhnya mereka itu adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka. Maka kami tambahkan bagi mereka petunjuk )




Dalam persekitaran di menara gading yang menawarkan kebebasan hidup tanpa kekangan yang bermakna, mereka mempunyai pilihan untuk menghamburkan begitu sahaja dorongan nafsu muda dan masa lapang yang sentiasa terganga. Tapi pemuda-pemuda terpilih ini menggunakan kebebasannya untuk memupuk iman dan taqwa. Dalam suasana kampus yang tidak pun menuntutnya untuk berlazim-lazim ke rumah Allah, dia menjadikan rutin berziarah ke rumah Allah sebagai rekreasi dan hiburan yang terasyik.




Cemburunya diri di usia awal tua ini melihat kegigihan permata iman ini mencari ridha Tuhan di rumah-Nya yang semakin terpinggir.

The Ikhwan of Rasulullah (pbuh)




One day the Messenger of Allah (PBUH: peace be upon him) asked his companions: “Which of God’s creatures possess the most amazing iman (faith)?”


“The Angels,” answered his companions.


“How would the Angels not have faith in Allah when they are always close to Him,” replied the Messenger in disagreement.


“The prophets,” answered the other companions.


“How would the prophets not have faith when words of God are revealed unto them?” the Messenger disagreed.


“We - your companions?” the companions suggested.“How would you not have faith when I am always amidst you?” retorted the Messenger.


Finally the Messenger decreed: “The creatures with the most amazing iman are those who live after me. They have never met me but they declare faith in me. They love me more than they love their children and elders. They are my Ikhwan (Brothers). They read the Quran and are faithful to all its contents.”(Related by Abu Ya’la)


“O Abu Bakr,” the Messenger of Allah (PBUH) asked, “Do you not long for my Ikhwan since they also love you because you are my companion?”(Related by Ibnu Hajar Asqalani)


The Messenger of Allah (PBUH) continued: “Good tidings for those who meet and declare faith in me. And sevenfold good tidings for those who declare faith in me but have never met me.”(Related by Ahmad)


Thursday, September 13, 2007

Ar-Rayyan


Sabda Rasulullah s.a.w. :
"Di Syurga terdapat 8 pintu. Salah satu daripadanya dinamakan "ar-Rayyan". Hanya orang yang berpuasa sahaja yang layak memasukkinya."
( Muttafaq 'alaih )

Monday, September 03, 2007

Islam tidak menuntut bernegara Islam ?


Tragedi Abdullahi Ahmed Naim
Dipetik dari tulisan Adian Husaini


Pada akhir Juli hingga Agustus 2007, umat Islam Indonesia kedatangan tamu, Prof. Abdullahi Ahmed Naim. Kedatangan Naim bertepatan dengan peluncuran bukunya, yang berjudul “Islam and Secular State: Negotiating the Future of Sharia”. Edisi bahasa Indonesianya berjudul “Islam dan Negara Sekular: Menegosiasikan Masa Depan Syariah”. Panitia lokalnya adalah Center for the Study of Religion and Culture (CRSC), lembaga penelitian di bawah UIN Jakarta. Jadwalnya di Indonesia cukup padat, mulai diskusi di Jakarta, Aceh, Bandung, Makasar, dan Yogyakarta. Tampak, kedatatangan Naim kali ini dimanfaatkan secara serius untuk mempromosikan ide negara sekular.
Dekan Pasca Sarjana UIN Jakarta, Prof. Azyumardi Azra, menyempatkan menulis kolom Resonansi khusus di Harian Republika, (Kamis, 26/7/2007), yang berjudul: “Islam, Negara, dan Masa Depan Syariah”. Azra menulis: “Dalam konteks Indonesia yang pada dasarnya ‘netral’ terhadap agama, pemikiran an-Naim sangat relevan dan kontekstual. Karena itu, tidak ragu lagi, pemikiran an-Naim merupakan kontribusi penting bagi negara-bangsa Indonesia.”
Menurut Azra, tujuan utama buku Naim adalah mempromosikan masa depan syariah sebagai sistem normatif Islam di kalangan umat Muslimin, tetapi bukan melalui prinsip secara paksa oleh kekuatan negara. Hal ini karena dari sifat dan tujuannya, syariah hanya bisa dijalankan secara sukarela oleh para penganutnya.
Sebaliknya prinsip syariah kehilangan otoritas dan nilai agamanya apabila dipaksakan negara. Karena itu, pemisahan Islam dan negara secara kelembagaan sangat perlu, agar syariah bisa berperan positif dan mencerahkan bagi umat Islam. Pendapat ini disebut an-Naim sebagai ‘netralisasi negara terhadap agama.’
Membaca tulisan Profesor Azra itu kita patut prihatin. Ide pemisahan negara dan agama bukanlah ide baru di kalangan masyarakat Muslim. Ide ini sangat absurd, karena benar-benar menjiplak pola pikir dan pengalaman masyarakat Barat. Oleh sejumlah cendekiawan ‘yang termakan oleh pandangan hidup Barat’ ide ini kemudian ditelan mentah-mentah dan dipaksakan kepada masyarakat Muslim, sebagaimana secara ekstrim dijalankan oleh Kemal Attaturk di Turki. Di Indonesia, ide semacam ini sudah lama ditolak oleh para ulama dan cendekiawan Muslim.
Mungkinkah negara netral terhadap agama? Dalam pandangan Islam, tentu saja hal itu tidak mungkin. Sebab, seorang kepala negara, menurut Islam, bertanggung jawab dunia dan akhirat terhadap Allah dalam mengemban amanah kepemimpinannya. Karena itu, kepala negara tidak boleh membiarkan rakyatnya terjerumus dalam kemusyrikan atau dosa-dosa lain. Ia harus berusaha sekuat tenaga agar kemunkaran tidak merajalela di tengah masyarakatnya. Cara pandang ini tentu saja berbeda dengan cara pandang sekular yang tidak memasukkan aspek ‘akhirat’ dalam urusan kehidupan dunia.
Lagi pula, syariah Islam bukanlah terbatas pada aspek personal semata. Syariah mencakup aspek hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk-makhluk lain. Konsep syariah ini berbeda dengan hukum Barat yang tidak mengurusi urusan individu dengan dirinya sendiri. Dalam pandangan syariah Islam, misalnya, bunuh diri diharamkan, meskipun itu hanya berkaitan dengan dirinya sendiri.
Sementara dalam masyarakat yang berpandangan hidup sekular, maka bunuh diri dianggap sebagai hak. Sebab, mereka tidak mengenal konsep bahwa tubuh manusia adalah amanah atau titipan dari Allah yang harus dijaga dengan baik. Jangankan bunuh diri, dalam Islam, merusak tubuh pun hukumnya haram.
Pemahaman Naim tentang syariat itu sendiri juga keliru. Dalam wawancara dengan Koran The Jakarta Post, edisi 26 Juli 2007, Naim menyatakan, bahwa syariah adalah produk interpretasi akal dan pengalaman manusia. Karena itu, katanya, syariah tidak memiliki unsur ketuhanan, sehingga bersifat relatif, tidak abadi, dan tidak mengikat. (But it must be the product of human interpretation, human reason and human experience. So when we say that sharia is divine it is misleading. Since sharia is the product of human interpretation, any understansing of it is not divine, not eternal and not binding).
Para ulama Islam memahami syariah tidak seperti Naim. Bagi kaum Muslim, hukum-hukum Islam jelas-jelas dipahami sebagai ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Bukan hukum karangan ulama. Para ulama hanyalah menggali dan merumuskan hukum-hukum Allah yang tercantum dan bersumberkan pada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu, seorang Muslim yang bermazhab Syafii, misalnya, ketika melaksanakan shalat, ia yakin benar, bahwa syarat dan rukun shalat yang dia kerjakan bukanlah karangan dan rekaan Imam Syafii atau ulama lain. Tetapi, syarat dan rukun itu memang secara tegas disebutkan dalam wahyu (Al-Quran dan Sunnah). Karena itu, hukum tentang wajibnya shalat, wajibnya zakat, haramnya zina, haramnya khamr, haramnya daging babi, dan sebagainya, jelas-jelas merupakan hukum Allah yang bersifat abadi dan mengikat kaum Muslim.
Akal ulama siapapun – asalkan bukan merupakan ulama yang jahat (ulama su’) – pasti akan mengatakan bahwa shalat lima waktu adalah wajib, syirik adalah jahat, dan durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Itu semua merupakan hukum dan ketentuan Allah. Bukan rekaan para ulama. Karena itu, syariah memang memiliki unsur ketuhanan (divine) dan bersifat abadi serta mengikat. Jelaslah, pendapat Naim memang sangat keliru dan aneh.
Di masa Rasulullah saw, kaum Yahudi menolak kebenaran Al-Quran, karena Al-Quran itu diturunkan kepada Muhammad yang juga manusia. Mereka meminta agar Al-Quran turun langsung dari langit. Permintaan mereka itu dijawab oleh Allah: “Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.” Maka mereka disambar petir karena kezalimannya.” (QS 4:153).Di zaman sekarang ini, kita mewarisi agama Islam, Al-Quran dan Sunnah Rasul, jelas melalui akal manusia, yaitu akal para sahabat Nabi, dan para ulama sesudahnya. Sebab, Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir. Para ulama-lah yang kemudian melanjutkan risalah kenabian.
Kita menerima hadits Rasulullah juga berdasarkan periwayatan yang disampaikan oleh para perawi hadits yang mereka juga manusia. Allah mengkaruniai kita dengan akal pikiran yang mampu menyeleksi, mana informasi yang benar dan mana yang salah. Mana ulama yang berkualitas, dan mana yang dipaksakan sebagai ulama. Karena itu, dengan akal kita, kita mampu menerima mana berita yang salah dan mana yang pasti kebenarannya.
Meskipun sama-sama memiliki akal, kita tentu bisa membedakan, mana akal yang sehat dan mana akal yang tidak sehat. Kita tentu paham, bahwa akal Einstein tentu berbeda dengan akalnya Mr. Bean; akal Prof. Dr. Hamka berbeda kualitasnya dengan akal Sumanto pemakan manusia. Begitu juga akal Imam Bukhari, tentu berbeda dengan akal Tesi; akal Umar bin Khathab sangat berbeda dengan akalnya Hitler. Karena itu, kita tidak sembarangan mengikuti akal seseorang. Akal siapa dulu yang kita ikuti. Jelas, akal setiap manusia memang tidak sama. Dalam soal pemahaman terhadap pasal 33 UUD 1945, misalnya, tentu kita lebih percaya kepada akal Mohammad Hatta ketimbang akalnya Thukul Arwana. Begitu juga, dalam soal syariah, normalnya, tentu kita lebih percaya kepada Imam Syafii ketimbang Naim. Tentu sangat berlebihan jika menempatkan Abdullahi Ahmed Naim sebagai Imam Mazhab sejajar dengan Imam Syafii dan lain-lain.
Dalam wawancara dengan The Jakarta Post tersebut, Naim juga menyatakan, bahwa adalah berbahaya jika beberapa provinsi di Indonesia menerapkan syariah. Katanya, ”It is dangerous because these provinces are part of Indonesia and the country is part of the global economy. If you allow some provinces to enforce sharia, it’s going to undermine and damage national interests, and the unity and stability of this country.”
Simaklah, betapa sangat terbelakangnya pemikiran Naim. Berbagai daerah di Indonesia sudah menjalankan hukum yang mengadopsi syariah, dan tidak membawa perpecahan bagi bangsa Indonesia. Banyak aspek syariah yang sudah diterapkan di Indonesia, seperti bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, reksadana syariah, dan sebagainya. Bahkan, banyak kalangan non-Muslim sendiri yang kini ikut-ikutan membentuk lembaga ekonomi syariah. Karena itu, kita sungguh sulit mengerti, mengapa ada suara ketakutan terhadap syariah yang begitu berlebihan, seperti disuarakan oleh Naim ini. Suara Naim ini persis sama dengan suara Partai Kristen PDS yang begitu ketakutan terhadap syariah. Tapi, kita bisa memaklumi, karena Naim memang jubir yang baik dari negara dan LSM Barat yang membiayai proyeknya di Indonesia.
Bahkan, Naim berani menyatakan, ”Any province that claims to enforce sharia is hypocritical because sharia has many aspects.”
Syariah mana yang memiliki banyak aspek, seperti yang disebutkan Naim? Di dalam konsep Islam, ada hukum-hukum yang memang qath’iy – yang disepakati oleh kaum Muslim – dan ada yang memiliki sejumlah interpretasi, dalam soal furu’iyyah. Karena itu, jika suatu daerah menerapkan larangan beredarnya ganja dan miras, sebab kedua hal itu diharamkan dalam syariah Islam, maka daerah itu tidak bisa dikatakan telah melakukan kemunafikan, seperti tuduhan Naim.
Menyimak pemikiran Naim yang keliru dan naif seperti itu, seharusnya para ilmuwan Indonesia bersikap kritis dan tidak terlalu memuji-muji serta mendewakan pemikiran Naim. Kita sungguh sulit memahami, bagaimana mungkin seorang profesor sekaliber Azyumardi Azra berani memuji-muji pemikiran Naim, dan menyatakannya, sebagai pemikiran yang relevan untuk Indonesia.
Anehnya, dalam sampul belakang buku Naim edisi Indonesia, juga tercantum komentar Prof. Dr. A. Syafii Maarif sebagai berikut: "An-Na'im punya otoritas berbicara tentang syariah dalam kaitannya dengan keperluan mendesak umat Islam untuk merekonstruksi seluruh hasil ijtihad para fuqaha dan ulama selama tiga abad pertama hijriah. Melalui rekonstruksi ini diharapkan Islam akan mendorong dan sekaligus mengawal arus perubahan sosial yang tak terelakkan, dan syariah dalam maknanya yang autentik akan dijadikan acuan utama dalam merumuskan kebijakan publik secara cerdas dan berkualitas tinggi".
Kita jadi sulit membedakan, apakah ungkapan Syafii Maarif itu sebuah pujian atau sindiran bagi Naim. Berdasarkan kriteria apakah Syafii Maarif sampai berani menyatakan bahwa Naim punya otoritas untuk merekonstruksi seluruh hasil ijtihad para fuqaha dan ulama selama tiga abad pertama hijriah? Kita patut bertanya, sejauh manakah kehebatan Naim dalam penguasaan Al-Quran dan hadits? Berapa kitab tentang syariah dan ushul fiqih yang sudah ditulis Naim, sehingga diharapkan oleh Syafii Maarif akan merombak hasil ijtihad ulama selama tiga abad?
Kita tentu harus bersikap adil terhadap orang seperti Naim. Kita tidak boleh meremehkan Naim. Tetapi memujinya terlalu tinggi juga berlebihan. Dalam setiap bidang ilmu, ada raksasa-raksasa yang memiliki otoritas. Selama beratus tahun, para ulama yang sangat canggih ilmu, amal, dan karyanya pun senantiasa bersikap tawadhu’, tahu diri, menjaga adab keilmuan.
Imam Bukhari yang begitu hebat dalam ilmu hadits, tetap mengakui otoritas Imam Syafii dalam ilmu ushul fiqih. Para ulama Islam dulu adalah orang-orang yang tahu adab. Mereka menghormati ilmuwan lain yang lebih hebat.
Karena itu, ada klasifikasi dan martabat keilmuan yang dijaga oleh para ilmuwan. Dalam bidang fisika ada tempat tersendiri untuk Newton, Eisntein, dan Stephen Hawking. Dalam kebon binatang saja, hewan-hewan juga diklasifikasikan. Kucing diletakkan ditempat kucing.
Kelinci ditempatkan sebagai kelinci. Kambing ditempatkan sebagai kambing. Burung emprit berbeda dengan burung elang. Emprit tidak akan bisa menjadi elang, meskipun dipinjami sayap elang. Kambing tetaplah kambing, meskipun diberi jaket singa. Dia tetap mengembik, meskipun sudah berjaket dan berlagak menjadi singa.
Dalam sebuah puisinya yang berjudul ”Puyuh dengan Helang” (Baca: Burung Puyuh dan Burung Elang), Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud menulis:
”Wahai temanku sekalianJanganlah menjadi ilmuwan tiruanSyukurilah nikmat Tuhan redalah pada-NyaJika takdirmu seekor puyuh, lakukan tugasmu patuh setia.”Dalam puisinya yang lain yang berjudul ”Anak Helang”, Prof. Wan Mohd. Nor mengingatkan para ilmuwan Muslim yang lupa pada jati dirinya setelah disanjung-sanjung orang di luar negeri:”Anek helang kehilangan diri, disanjung gagak di luar negeri:Pulang ke sarang asli berbulu hitam,suara nyaring ngeri Menghalau keluarga sendiri,menganggap jahil guru awali Ajaran Nabi dan pewaris tradisidisifat tidak sesuai lagi bagi meniti arus pluralisme dan cabaran globalisasi.”[Depok, 7 Agustus 2007]

Mendiagnosis Kesiahatan Hati

JIWA yang sihat dan tenteram memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab ‘Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-Syaithan’. Di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan ketenteraman kepada jiwanya. Dia tidak memilih perkara-perkara yang berbahaya atau yang menjadikan jiwanya sakit atau menderita. Tanda jiwa yang sakit adalah sebaliknya.

Santapan jiwa yang paling bermanfaat adalah keimanan dan ubat yang paling mujarab adalah al-Quran. Selain itu, jiwa yang sihat memiliki sifat sebagaimana berikut :

Matlamatnya Akhirat
Jiwa yang sihat bergerak dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putera-puteri akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekadar keperluannya, untuk segera kembali ke negeri asalnya. Nabi s.a.w bersabda,

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melalui suatu jalan.” (HR. al-Bukhari)

Bila jiwa seseorang itu sihat, dia akan mengembara menuju akhirat dan menghampirinya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila jiwa tersebut sakit, maka dia akan terlena dengan dunia dan menganggapnya sebagai negerinya yang kekal, sehingga jadilah dia hamba kepadanya.

Keinginan Menuju Allah s.w.t.
Di antara tanda tenteramnya jiwa ialah selalu mendorong seseorang untuk kembali kepada Allah s.w.t. dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, merasa dekat dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tenteram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut hanya kepada Allah.

Maka jiwa tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk mecari ketenangan dan ketenteraman bersama Ilah sembahannya. Tatkala itulah ruh benar-benar merasa kehidupan dan kenikmatan dan menjadikan hidupnya lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh dengan kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah s.w.t inilah syurga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.

Abul Husain al-Warraq berkata, “Hidupnya jiwa adalah dengan mengingat Zat Yang Maha Hidup dan Tidak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya.”

Oleh kerana itu terputusnya hubungan seseorang dengan Allah s.w.t. adalah lebih dahsyat kepada orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, kerana terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

Tidak Bosan Berzikir
Di antara tanda sihatnya jiwa adalah tidak pernah bosan untuk berzikir mengingat Allah s.w.t. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain dari Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan jalan kepada Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah s.w.t. atau saling mengingatkan dalam kerangka berzikir kepada-Nya.

Menyesal jika Tertinggal dari Berzikir
Jiwa yang sihat akan rasa menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya jika tertinggal atau terlupa berzikir.

Rindu Untuk Beribadah
Jiwa yang sihat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah s.w.t. , sebagaimana rindunya seorang yang lapar terhadap makanan dan minuman.

Khusyu’ Dalam Solat
Jiwa yang sihat akan meninggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan ketika sedang menunaikan solat. Sangat berhati-hati dalam masalah solat dan bersegera melakukannya, serta memperolehi ketenangan dan kenikmatan di dalam solat tersebut. Baginya solat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

Keinginannya Hanya kepada Allah
Jiwa yang sihat, keinginannya hanya satu, iaitu kepada segala sesuatu yang diredhai Allah s.w.t..

Menjaga Waktu
Di antara tanda sihatnya jiwa adalah merasa sayang jika waktunya hilang dengan sia-sia, melebihi sayang seorang yang kikir terhadap hartanya.

Muhasabah dan Memperbaiki Diri
Jiwa yang sihat senantiasa memberi perhatian untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkatkan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba’ah dan ihsan (seakan-akan melihat Allah s.w.t. dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Di samping itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah s.w.t. serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.

Demikian di antara beberapa tanda yang menunjukkan sihatnya jiwa seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa jiwa yang sihat dan tenteram adalah qalbu yang himmah (keinginannya) kepada sesuatu yang menuju Allah s.w.t. , mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai matlamat. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diredhai Allah lebih dia sukai daripada segala pembicaraan yang lain, fikirannya selalu tertuju kepada apa sahaja yang diredhai dan dicintai-Nya.

Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah s.w.t lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diredhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,

”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diredhai-Nya.¨ (QS. 89:27-28)

Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarnya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya jiwa tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarna dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah dia abdi sejati sebagai di segi sifat dan karakternya, ibadah adalah nikmat bukannya beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa gembira, cinta dan rasa dekat kepada Rabbnya.

Ketika diajukan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya berkata, “Aku sambut panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengar, taat dan akan melaksanakannya. Engkau berhak dan layak mendapat semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.¨

Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, ” Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin dan memerlukan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tidak berdaya. Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tidak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak membantuku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk lari dari-Mu.¨

Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah s.w.t, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila ditimpa sesuatu yang tidak disukai maka dia berkata, “Rahmat telah dihadiahkan untukku, ubat yang sangat bermanfaat dari Zat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku.” Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, “Telah disingkirkan keburukan dari sisiku.“

Semoga Allah s.w.t memperbaiki jiwa kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merosak dan membinasakan, Amin.

Saturday, September 01, 2007

Isteri Bapa Sekulerisme Turki Pun Bertudung Rupanya


Apabila Adullah Gul hendak dicalonkan menjadi Presiden Turki, keadaan isterinya yang bertudung amat diberi perhatian dan dianggap mengancam pegangan sekulerisme Turki. Satu ketika dahulu, seorang ahli Parlimen yang bertudung juga diambil tindakan kerana 'kesalahan' yang tak dan tak bukan adalah bertudung.


Memetik dari artikel di http://www.eramuslim.com/ di bawah, ternyata isteri Bapa Sekulerisme Turki pun bertudung. Kenapa di kalangan generasi sekularis hari ini, ia dipermasalahakan ?


===========================================================




Turki memang melarang keras seorang Muslimah memakai jilbab. Tapi ternyata ada fakta sejarah yang cukup mencengangkan. Bapak pendiri sekulerisme Turki Mushtafa Kamal Ataturk, memiliki isteri yang juga berjilbab. Aneh ya.
Ini sebenarnya bukanlah fakta baru, mengingat dalam sejumlah foto ditampilkan Ataturk sedang berpose dengan sang isteri yang berjilbab.
Isteri Ataturk yang bernama Lathifa Osaki, adalah perempuan berjilbab atau dikenal dengan istilah sharashaf, pakaian jilbab hitam khas Turki. Mirip dengan pakaian jubah yang banyak dipakai Muslimah di Timur Tengah. Tapi mungkin, ambisi sekulerisme yang membuat banyak orang-orang sekuler Turki yang ‘buta’ terhadap fakta itu.
Dan dengan terpilihnya Gul sebagai Presiden Turki, yang juga isterinya berjilbab, maka jilbab pun untuk pertama kalinya dibolehkan dikenakan di istana kepresidenan Turki pada tanggal 29 Agustus 2007. Khairu Nisa, isteri Gul, yang berjilbab sebenarnya mengulang sejarah Turki di masa kepemimpinan Ataturk yang juga isterinya berjilbab.
Jilbab bakal jadi fenomena baru di Turki. Sesuai perkiraan yang dilansir harian Hurriet, Turki, lima tahun ke depan akan terjadi perubahan besar di ruang pemerintah dan parlemen Turki. Salah satunya yang paling mencolok adalah jumlah perempuan pemakai jilbab yang semakin banyak.
Setelah itu, gelombang jilbab juga bakal menggejala di berbagai instansi pemerintah Turki. Ini tentu erat kaitannya dengan kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berakar Islam, sekaligus kemenangan Abdullah Gul dari AKP yang juga memiliki isteri berjilbab. Ini adalah isteri pejabat tinggi Turki kedua yang berjilbab, setelah sebelumnya disandang oleh isteri PM Turki Erbakan.
Nah, terkait jumlah para pemakai jilbab di parlemen Turki yang akan menjadi fenomenal dalam tahun-tahun mendatang adalah berdasarkan hitungan kemenangan AKP, di mana 235 para wakil rakyat dari total 550 orang di Parlemen Turki, adalah perempuan yang memakai jilbab.
Seperti diketahui, Muslimah Turki mengalami tekanan terkait pemakaian jilbab sejak tahun 1924, saat keruntuhan Khilafah Turki Utsmani sekaligus berdirinya negara sekuler Turki pimpinan Mushtafa Kamal Ataturk. Sejak itu, jilbab dibersihkan dari sekolah tinggi dan instansi pemerintah. Sebagian Muslimah bahkan ada memilih untuk keluar dari kegiatan belajar karena menolak melepas jilbab, sementara sebagian lain terpaksa melepas jilbabnya di lingkungan kampus dan kantor pemerintah.
Masih belum lepas dari ingatan, kasus jilbab ini terus memanas setiap pergantian tahun ajaran baru di Turki. Pemberitaan media massa selalu saja menurunkan laporan aparat keamanan bersenjata Turki yang meningkatkan penjagaan untuk melarang Muslimah berjilbab masuk kampus. Tidak sedikit pula Muslimah yang akhirnya dijebloskan ke penjara karena melakukan pembelaan diri untuk tetap bisa mengikuti pelajaran di kampus dengan tetap memakai jilbab.
Dan meski AKP telah meraih kemenangan besar pada pemilu 2002, ternyata jilbab masih tetap menjadi barang haram di perguruan tinggi dan instansi pemerintah Turki. Hal ini masih terus berlaku hingga saat sekarang. Padahal, dalam penelitian saat ini, ada 65% perempuan Turki yang kini mengenakan jilbab. Kemenangan telak AKP pada pemilu lalu, mudah-mudahan berdampak pada perubahan undang-undang yang akan membolehkan pemakai jilbab. Dan itu memang sudah mulai hangat dibicarakan oleh para aktifis AKP, untuk segera merevisi undang-undang anti jilbab.
Jika itu terjadi dan berhasil, berarti perjuangan panjang Muslimah berjilbab berakhir di sini, setelah sebelumnya selama 83 tahun mereka berada di bawah tekanan sekulerisme ekstrim yang melarang jilbab. (na-str/iol)

Friday, August 31, 2007

Proses panjang menuju kejayaan meneroka Kalam Ilahi

Assalamu alaikum warahmatullah,

Bermula dengan penguasaan Arab di Gontor, berkesinambungan dengan menghafaz ayat-ayat pilihan untuk ditafsirkan secara mudah di kelas-kelas awal di KMI, diperluas dengan mengenali kitab-kitab tafsir seperti al-Qurtubu, Ibnu Kathir, tafsir saintifik al-Jawahir, bahkan sempat membelek2 az-Zamakhsyari, dilanjutkan dengan kajian agak teliti ke atas Tafsir yang lebih moden al-Maraghi telah menanamkan minat yang sangat mendalam untuk menyelami rahsia kemukjizatan al-Quran yang menakjubkana itu.

Terngiang-ngiang ungkapan baginda "Rubba qari wal-Quranu yal'anuhu" ( Alangkah ramainya pembaca al-Quran sedangkan al-Quran itu melaknatnya ). Ia membuatkan sedikit surut daripada melebih-lebihkan berta'amul dan bertafa'ul dengan al-Quran dari aspek tilawah dan tarannumnya.

Penglibatanku sebagai Penyelia KAFA pada awal 1990an telah memberi peluang kepadaku untuk mencermati satu lagi sisi al-Quran iaitu Ilm Rasm atau secara spesifiknya Rasm Uthmani. Rujukan demi rujukan yang kulakukan ke atas kitab-kitab muktabar tentang rasm membuatku semakin kagum dengan al-Quran. Bahkan kursus demi kursus yang melibatkan aku sebagai fasilitatornya berhasil memaksaku untuk membuat lambakan rekod pembacaan al-Quran yang melibatkan contoh-contoh ayat yang perlu diperhatikan untuk mempraktikkan rasm Uthmani.

Sejarah penghasilan mushaf-mushaf standard Uthmani membuatku semakin kagum dan yakin betapa Allah telah menunaikan janji-Nya untuk memelihara al-Quran dari keusilan tangan manusia. Rasm Uthmani umpama sistem proteksi al-Quran yang unik unuk mengesan penjarahan manusia ke atas teks suci itu. Subhanallah.

Satu sisi yang hampir sepuluh tahun tak berapa kuberi perhatian adalah aspek qiraat dan tarannum al-Quran. Penglibatank secara mendadak dalam 2 bulan terakhir ternyata berbuah nikmat yang tak pernah kutemui sebelum ini.

Mungkin inilah rahsia terserlah dari kecundangan awalku ku di tangan sahabat karibk semasa mengikuti perujian tilawah di peringkat organisasi. Kecenderungan sahabatku untuk mewakili organisasi lain memberi ruang kepadaku untuk mewakili organisasi kami dalam kategori tilawah bertarannum. Jarak masa sebulan untuk bersaing dengan para qari berpengalaman di Melaka ( Zon Pantai Barat PETRONAS) bukanlah cukup panjang untuk seseorang yang tidak pernah begitu serious menekuni tarannum. Mereka terdiri daripada para qari yang pernah kudengar bahkan kukagumi bacaan mereka.

Satu-satunya sumber untuk mempelajari tarannum al-Quran sebagai persiapan adalah bacaan-bacaan Ust Radzi Kamarul Hailan ( Johan Antarabangsa 2000 & 2004 ). Sayangnya aku tak kenal banyak lagu yang beliau gunakan. Aku belum lagi dapat mempraktikkannya dalam ayat-ayat lain.

Persinggahanku di Masjsid Muhibddin Ipoh seperti memberiku peluang menemui bahan bimbingan yang lebih relevan apabila kutemui di luar Masjid itu 2 DVD yang terbaru UstRadzi yang dapat kujadikan panduan untuk mengenal lagu-lagu Bayati, Soba, Hijaz, Nahwand, Rast, Sikah dan Jiharkah.

Usaha gigih menggunakan sebanyak mungkin masa membiasakan aku dengan qit'ah-qit'ah setiap lagu yang dicontohkan oleh UstRadzi telah membolehkan aku menguasai sekurang-kurangnya lagu asas dari DVD tersebut. Bahkan masa tidur pun gunakan untuk mendengar rakaman yang telah kubuat. Ini baru dikatakan makan tilawah, minum tilawah, berjalan tilawah, tidur pun tilawah.

Dengan takdir Allah, aku berjaya menjuarai Zon Pantai Barat, mengalahkan mereka yang dahul kukagumi. Tapi kejayaan yang sangat tipis itu mengajarku untuk lebih gigih lagi mendalami rahsia-rahsia tarannum al-Quran.

Peluang menyertai Seminar Tarannum Antarabangsa di Kelantan pada awal Ogos semakin membatku terkagum-kagum dengan keindahan seni yang dihasilkan dari berta'amul dengan al-Quran. Sheikh Fathi Hasan al-Malji, murid kepada seorang qari legenda Mesir , Sheikh Mustafa Ismail berjaya menyerlahkan lagi keindahan al-Quran dari sudutseni suara. Al-Quran bukan hanya dibaca dengan lahjah Arab secara lughawi tetapi juga diperindah dengan lahjah tarannum Arab yang berkembang bersama dengan penyebaran seninya ke merata dunia. Penjelasan Sheikh Fathi tentang ilmu al-Maqamat berjaya mendedahkanku kepada asas tarannum yang sepatutnya diguna untuk mempersembahkan al-Quran dalam bentuknya yang terbaik kepada pendengarnya.

Persediaan akhir untuk bersaing dengan juara2 Zon PETRONAS memaksaku untuk bekerja lebih gigih memandangkan tarannum bukanlah sisi al-Quran yang selama ini kupandang serious. Bahkan apabila ak mengenali qari-dari dari Pantai Timur dan Johan Menunggu yang kedua-duanya pernah mengalahkan Johan PETRONAS seperti Ust Mohd Nor dan Safree (Labuan), targetku yang tertinggi hanyalah mendapat tempat yang ketiga.

Membaca sebagai peserta lelaki terakhir pada malam 27 Ogos 2007 di Tkt41 Twin Tower, memberiku sedikit tekanan kerana aku amat berharap penantian mempersembahkan hasil pencarianku selama ini berakhir lebih awal. Bacaan yang dipersembahkan terasa meyakinkan sehingga ke lampu kuning. Ak pun tidak tahu bagaimana di saat akhir aku boleh terlanggar baris dalam Surah Yusuf yang suduh berulang kali kubaca menyebabkan aku panik. Kesilapan baris yang pertama diikti pula dengan kesilapan yang kedua tepat sebelum menutup bacaan. Timing yang sudah lari itu juga menyebabkan lagu tak sempat tutup dengan Bayati. Pengalaman sebagai Hakim Tilawah memberitahuku bahawa sudah kehilangan 6 markah dari kesilapan itu sahaja ( 2 fasahah, 2 tajwid dan 2 tarannum ). Sudah terbayang olehku kalau aku berjaya menduduki tempat ke-3 pun sudah cukup bagus . Dan ... benar ia menjadi kenyataan. Aku gagal menduduki tempat yang ketiga pun. Hikmahnya ? Ak perlu menelusuri lebih jauh untuk menyelami rahsia keindahan kalam ilahi ini.

Friday, August 24, 2007

Sekelumit Makna Merdeka

Written by al-Ustaz Mohd Khairuddin Aman Razali at-Takiri
Friday, 24 August 2007


Penjajahan sebuah Negara berlaku apabila Negara tersebut dikuasai oleh orang asing. Islam tidak membenarkan negeri umat Islam dijajah dan dikuasai oleh orang yang kufur kerana ia memberi ruang untuk orang yang kufur kepada Allah memerintah dengan cara yang tidak diizinkan oleh Allah dan seterusnya mengenepikan hokum-hakam dan peraturan Islam. Kesannya membawa kepada berlakunya kezaliman dan lenyapnya keadilan di kalangan manusia.
Menurut kamus dewan, kemerdekaan bererti bebas daripada penjajahan. Bagi Islam kemerdekaan negara bererti kemampuan Negara itu untuk memiliki kuasa yang membolehkan untuk mentadbir sendiri. Dengan kekuasaan itu mereka mampu mentadbir negeri menurut hokum-hakam Allah. Justeru, apabila kuasa dimiliki oleh umat Islam tetapi pemerintahan masih lagi bertunjangkan peraturan yang tidak Islam maka umat itu belum dikira merdeka sepenuhnya.Sebuah Negara yang merdeka mempunyai tanggungjawab untuk mengisi kemerdekaan.
Tanggungjawab umat merdeka disebut oleh Allah dalam ayat 41 surah al-Haj
الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة و آتوا الزكاة و أمروا بالمعروف و نهوا عن المنكر و لله عاقبة الأمور
Maksudnya: “Mereka yang sekiranya kami berikan kekuasaan kepada mereka di muka bumi, mereka menegakkan solat, menunaikan zakat dan menyuruh melakukan kebaikan dan mencegah kemungkarn. Dan hanya milik Allah kesudahan segala urusan.”

Friday, April 27, 2007

Iman sumber kekuatan mukmin

Iman adalah sumber kekuatan. Ia memelihara seseorang dari sikap memandang remeh kepada dosa.Orang yang lalai dan suka dengan maksiat sebenarnya ia tak punya kekuatan. Krisis iman merupakan akar dari segala krisis. Jiwa yang kosong tanpa iman tidak akan dapat menuntun pemiliknya ke jalan yang benar. Begitu juga lemahnya interaksi, keterlibatan, dan tanggung jawab seorang muslim terhadap berbagai kewajiban Islam dan dakwah hanyalah cermin dari krisis iman yang bersemayam dalam hati.

Itulah inti taujih Rasulullah, tatkala seorang sahabat bertanya kepadanya “Kenapa engkau melakukan puasa terus menerus?” Rasul menjawab, "Siapakah di antara kalian yang seperti aku. Aku bermalam dan Tuhanku memberiku makan dan minum."(HR. Bukhari)



Sabda Rasulullah Allah ‘memberiku makan dan minum’, adalah majaaz (kiasan) yang menggambarkan akibat makan dan minum, yakni timbulnya kekuatan. Seolah-olah Rasulullah saw bersabda, Allah memberiku kekuatan orang yang makan dan minum, dan memberiku sesuatu yang menggantikan makan dan minum, memberiku kekuatan untuk mengerjakan berbagai macam ketaatan tanpa berkurangnya kekuatan, tanpa rasa lemah, jemu, dan sebagainya. (Fathul Barii 4/207/208)

Seorang mukmin yang imannya hidup, akan merasakan bahwa kerinduannya pengisian bathin jauh lebih besar dibandingkan konsumsi makanan. Oleh kerana itu, seharusnya seorang mukmin memerlukan bekalan kekuatan ruhiyah jauh lebih besar dari bekalan
jasadiyah.

Semua orang dituntut untuk memelihara dan meningkatkan iman dengan melakukan pendekatan diri kepada Allah swt. Peranan kita sendirilah yang paling besar agar dapat memelihara kestabilan dan kualiti iman. Caranya adalah dengan disiplin melakukan tilawatul-Quran, tafakkur, rutin membaca doa pagi serta petang, serta ibadah sunnah. Kesinambungan amal harian, meski pun sedikit, akan membuat stamina iman kita tetap kuat menghadapi berbagai gangguan.

Hikmah memperdalami makna dan kualiti iman bagi perjuangan dakwah juga dapat dipetik melalui manhaj tarbiyah Allah kepada generasi pertama. Kesukaran yang dialami di awal fajar dakwah, taujih Robbani tidak bergeser dari fokus penanaman aqidah yang orientasinya tidak lain, pemantapan iman.

Setelah melewati fasa tarbiyah itulah, lahirlah para rijal da’wah yang kekukuhan jiwa mereka melebihi kemampuan serta ketahanan fisiknya. Keberanian yang muncul dari semangat iman menyediakan diri mereka untuk syahadah. Faktor inilah yang menjadikan mereka layak memperoleh pertolongan Allah, melalui kemenangan yang hampir tak pernah putus.

Seorang mukmin tidak akan dapat menemui kekuatan lain, melebihi iman yang yang mencekam di hati. “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.” (QS. Ibrahim: 24-25) Wallahu’alam

Monday, April 09, 2007

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Orang Manja

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Orang Manja
Oleh: DH Al Yusni
(Dialihbahasa ke Bahasa Melayu oleh pemilik blog.)



Wahai Saudaraku yang dikasihi Allah.

Perjalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang yang penuh cabaran dan rintangan berat.

Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang terpaksa berpisah sanak-saudara. Ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan terhadap dakwah.

Cubalah kita renungkan kisah Zatur Riqa’ yang dialami sahabat Abu Musa Al Asy’ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai mereka. Kaki-kaki mereka terkoyak dan kuku tercabut. Namun mereka tetap mengharungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanan dan nama mereka terukir dalam lipatan sejarah umat dakwah ini selamanya.

Pengorbanan yang telah mereka sumbangkan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi kita semua kerana kontribusi yang telah mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun dapat merasai hasilnya dengan gemilang. Pengaruh Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah bertambah besar. Semua itu kurniaan yang Allah swt. berikan melalui kesungguhan dan kesetiaan para perintis dakwah ini. Semoga Allah meridhai mereka.

Duhai saudaraku yang dirahmati Allah swt.

Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah swt. dalam surat At-Taubah: 42.

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengharungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.

Sebaliknya orang-orang yang kukuh jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.

Penyakit wahan telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 45-46)

Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.

Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di kota lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah. Sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, ia merupakan orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya.

Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan taksi dan kereta mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Ia pun menjawab, “Berbahagialah ibu. Ibu telah berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik kendaraan umum saja.”

Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.

Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)- mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29)

Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt. kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun tidak akan pernah mau merubah janji kepada-Nya.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)

Wahai ikhwah kekasih Allah swt.

Pernah seorang pejuang Palestin yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia dan dana diwawancarai. “Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman?” Jawabnya, karena perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih bererti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. “Kalau bukan karena dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,” ungkapnya lirih.

Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan

Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencangnya hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.

Kesabaran adalah kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)

Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini.

Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi aktivis dakah merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan. Wallahu’alam.

Sumber : Dakwatuna