Tuesday, October 10, 2006

Menyingkap Hijab

Saudaraku,

Terbukanya hijab antara kita dengan Allah adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Apabila hijab telah tersingkap, semua yang kita alami hanyalah nikmat belaka. Manakan tidak sedangkan kita tengah merasakan kehadiran Allah Azza wa Jalla. Lebih jauh lagi, kita akan "melihat" Allah dalam setiap kejadian. Inilah keindahan tak bertepi.

Patutlah Rasulullah SAW merasa hairan terhadap orang-orang Mukmin orang yang telah terbuka hijabnya. Sebab semua yang dialaminya selalu berbuah kebaikan. Diberi kenikmatan ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Demikian pula ketika ia diberi ujian, ia bersabar, dan sabar adalah kebaikan baginya. Dengan sabar ia pun bisa lebih dekat lagi dengan Allah.Orang yang telah makrifat dan terbuka hijabnya, hatinya dipenuhi keyakinan bahwa Allah akan selalu menolong.

Lihatlah bagaimana ketika Da'tsur menodongkan pedang ke leher Rasulullah SAW," Wahai Muhammad, siapakah yang akan menolongmu sekarang?"
"Dengan gaya yang begitu yakin beliau menjawab .... Allah!"
Serta-merta Du'thur merasa badannya gementar. Pedangnya langsung terjatuh. Rasulullah, dengan izin Allah, mampu melakukan hal tersebut, karena beliau tidak ada lagi hijab dengan Allah. Keyakinannya mendatangkan pertolongan Allah. Kata-katanya tak ternilai dan sangat berbobot.

Ciri khas orang yang telah makrifat adalah lebih fokus pada dalang dari pada wayang. Hatinya akan lebih tertambat pada Allah dari pada kepada makhluk. Boleh jadi penglihatannya sama dengan orang lain. Namun ada nilai tambah dari penglihatannya tersebut. Melihat wang misalnya. Orang yang hatinya terhijab dari Allah, melihat wang hanya dari bendanya saja, bahkan bagaimana dengan uang tersebut syahwatnya terpuaskan. Tidak demikian dengan orang yang ma'rifat, hadirnya wang adalah hadir syukur. Hadirnya wang membuat keinginannya menggebu untuk sentiasa dekat dengan Allah. Tak hairan, dengan ma'rifat, puncak-puncak kemuliaan akhlak akan menjadi bagian dari diri.

Orang-orang makrifat itu jumlahnya sangat sedikit. Mereka boleh datang dari kalangan mana saja, tidak semestinya dari kalangan ulama. Boleh jadi seorang tukang sapu, pegawai rendahan, pedagang, pekerja, dsb. Cirinya sangat ketara kerana matlamat hidup mereka sentiasa bertumpu kepada Allah. Kesannya, hidup mereka sangat terpelihara. Dipuji dicaci, ada wang atau tidak sama saja bagi mereka. Ia tidak mempersoalkan kaya atau miskin, cantik atau tidak, sebab ia yakin bahwa semua ada dalam kekuasaan Allah. Semua mengandung kebaikan yang akan mendekatkannya kepada Allah. Alangkah indahnya bila kita termasuk salah seorang dari mereka!

Bila terbukanya hijab menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup, maka sebaliknya, tertutupnya hijab dan butanya hati dari mengenal Allah menjadi sumber kesengsaraan dan nestafa dalam hidup.

Saudaraku,

Rasa cemas, muak, marah, tertekan serta tidak tenang akan lahir bila kita lebih fokus pada makhluk dibanding kepada Allah Al Khalik. Ibnu Atha'ilah mengungkapkan, "Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan hati dari segala sesuatu itu, disebabkan karena mereka masih terhijab (tidak melihat Allah dalam apa yang mereka lihat), tetapi andaikan mereka telah melihat Allah dalam tiap sesuatu, pastilah hatinya tidak lagi merasa risau."

Bagaimana caranya supaya boleh makrifat? Bagaimana kita boleh menyingkap hijab diri? Tiap-tiap orang memiliki hijab yang berbeza. Ada yang terhijab karena harta. Tandanya ia sangat takut kehilangan harta, hati dan pikirannya hanya disibukkan harta. Latihan menyingkapnya adalah dengan banyak memberi, usahakan memberi apa yang disenangi.

Ada pula yang terhijab oleh kedudukan. Cirinya bangga terhadap kedudukan yang disandang dan sangat takut kehilangan. Maka cara membukanya adalah menanamkan keyakinan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Imam Al Ghazali mencontohkan. Saat sedang berada di puncak kerjaya, tidak segan-segan ia mengambil sampah, membawakan barang-barang di pasar, dan sebagainya. Sesuatu yang dianggap orang pekerjaan hina.

Ada pula yang hijabnya kecintaan yang berlebihan terhadap pasangan hidup, anak, keluarga, ilmu, atau pun lawan jenis yang belum halal. Bahkan ada pula yang hijabnya berlapis-lapis. Bila demikian, maka usaha untuk membuka hijabnya harus luar biasa beratnya. Intinya, hijab dunia latihannya dengan zuhud, ibadah dan doa. Berlatihlah untuk banyak mengingat Allah, di mana pun dan kapan pun. Pahami keutamaannya. Melihat apa pun kaitkanlah selalu dengan Allah, jangan hanya kepada makhluk. Wallaahu a'lam.


( Diadaptasi dari KH Abdullah Gymnastiar di Republika )

No comments: